Kolaborasi Pemerintah dan Swasta Kunci Sukses Swasembada Pangan

Oleh Heriza Sativa )*

Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menandai babak baru dalam upaya mewujudkan swasembada pangan nasional. Dalam waktu yang relatif singkat, berbagai program strategis mulai menunjukkan hasil yang signifikan, terutama dalam hal peningkatan produksi beras dan jagung sebagai dua komoditas utama konsumsi masyarakat Indonesia. Kemajuan ini bukan hanya hasil kerja satu pihak, melainkan wujud nyata dari sinergi antara pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha, serta masyarakat tani. Kolaborasi lintas sektor terbukti menjadi kunci utama dalam mendorong kemandirian pangan nasional.

Presiden Prabowo dengan percaya diri menyampaikan bahwa Indonesia tengah bergerak cepat menuju swasembada pangan. Kepercayaan diri itu bukan tanpa dasar. Data terkini menunjukkan bahwa produksi beras nasional mengalami peningkatan yang signifikan, bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Stok beras di gudang pemerintah telah mencapai 3,7 juta ton, sebuah pencapaian yang mengejutkan mengingat hanya dalam waktu enam bulan pasca dilantik, Presiden Prabowo mampu membawa perubahan besar dalam sektor pertanian nasional.

Keberhasilan ini didorong oleh kebijakan perluasan lahan sawah, terutama di wilayah yang sebelumnya dianggap tidak produktif seperti tanah rawa. Transformasi lahan-lahan tersebut menjadi areal pertanian subur berhasil meningkatkan produktivitas secara nyata. Di Sumatera Selatan, misalnya, peningkatan produksi beras telah mencapai 25%, jauh di atas rata-rata nasional yang naik sekitar 10%. Ini menunjukkan bahwa strategi pemanfaatan lahan marginal menjadi solusi cerdas dalam memperluas basis produksi pangan nasional.

Keberhasilan menuju swasembada pangan diperkuat oleh sinergi menyeluruh yang digerakkan oleh kebijakan pemerintah pusat bersama seluruh pemangku kepentingan. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, dalam berbagai kesempatan menekankan pentingnya sinergi lintas sektor. Ia menegaskan bahwa pencapaian swasembada pangan dalam waktu kurang dari tiga tahun adalah ambisi yang hanya dapat diraih dengan kerja sama menyeluruh antara pemerintah pusat, daerah, petani, penyuluh, dan tentu saja sektor swasta. Tanpa gotong royong nasional, cita-cita ini akan sulit terwujud.

Salah satu bentuk nyata dari kolaborasi tersebut adalah pemanfaatan alat dan mesin pertanian (alsintan). Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menyampaikan bahwa Pemerintah terus memastikan bahwa alsintan didampingi oleh penyuluhan agar penggunaannya optimal di lapangan. Di era saat ini, mekanisasi pertanian menjadi syarat mutlak untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Namun, agar transformasi ini benar-benar berdampak, diperlukan pemahaman dan pendampingan yang menyeluruh kepada petani.

Sektor swasta, terutama yang terlibat dalam distribusi dan penyimpanan pangan, juga memainkan peran penting. Perusahaan Umum Bulog, sebagai salah satu ujung tombak stabilisasi harga dan penyerapan hasil panen, menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung program swasembada pangan. Plh. Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil Kalimantan Selatan, Panji Lintang MS, menyatakan bahwa Bulog terus menyerap hasil panen petani sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP). Langkah ini tidak hanya memberikan kepastian harga bagi petani, tetapi juga menjaga kestabilan pasokan di pasar.

Bulog Kanwil Kalsel mencatatkan capaian luar biasa dengan stok beras yang mencapai 32.000 ton, jumlah tertinggi yang pernah ada di wilayah tersebut. Guna mengantisipasi tingginya volume cadangan pangan nasional, pemerintah melalui Bulog memperluas kapasitas penyimpanan dengan menggandeng BUMN lain seperti PT BGR. Ini menunjukkan betapa seriusnya pemerintah dalam menjaga cadangan pangan, sebagai langkah antisipatif menghadapi berbagai dinamika global, termasuk potensi krisis pangan dunia.

Upaya sinergis ini juga mencerminkan semangat kolektif dalam membangun ketahanan pangan. Pemerintah pusat menyusun kebijakan dan program strategis, pemerintah daerah menjalankan fungsi eksekusi dan koordinasi lapangan, sementara petani menjadi ujung tombak di lapangan. Sektor swasta menyediakan infrastruktur pendukung, dari distribusi hingga logistik, serta teknologi yang mempercepat proses modernisasi pertanian. Semua pihak memiliki peran yang saling melengkapi dan tak tergantikan.

Melihat capaian saat ini, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Indonesia berada di jalur yang tepat untuk merealisasikan swasembada pangan secara berkelanjutan. Tantangan ke depan memang masih besar, mulai dari perubahan iklim, keterbatasan lahan produktif, hingga dinamika harga komoditas global. Namun dengan kemauan politik yang kuat, dukungan teknologi, serta kolaborasi yang terbangun di semua lini, tantangan tersebut bisa diubah menjadi peluang.

Keberhasilan ini harus terus dijaga dan ditingkatkan. Pemerintah terus memperkuat pengawasan distribusi alsintan, penguatan peran penyuluh, serta perlindungan harga jual hasil panen menjadi faktor penting agar para petani tetap termotivasi. Di sisi lain, inovasi di bidang pertanian seperti pertanian presisi, pemanfaatan drone dan Internet of Things (IoT) untuk monitoring lahan juga perlu diperluas agar pertanian Indonesia tidak hanya swasembada, tetapi juga berdaya saing global.

Kolaborasi menjadi kunci utama dalam mewujudkan kemandirian pangan nasional. Apa yang dicapai dalam enam bulan pertama masa pemerintahan Presiden Prabowo merupakan sinyal kuat bahwa sinergi antarpemangku kepentingan mampu menghasilkan lompatan besar dalam waktu singkat. Momentum ini harus dijaga dan diperluas, agar swasembada pangan tidak hanya menjadi slogan, tetapi kenyataan yang berdampak pada kesejahteraan rakyat dan kedaulatan bangsa.

)* penulis merupakan pengamat kebijakan tani

[edRW]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *