Pemerintah Siapkan Petugas Khusus Layani Jamaah Haji Lansia dan Disabilitas

Jakarta — Komitmen pemerintah Indonesia dalam memberikan pelayanan terbaik kepada jamaah haji terus ditunjukkan secara konkret. Tahun ini, perhatian khusus diberikan kepada jamaah lanjut usia (lansia) dan penyandang disabilitas, yang masuk dalam kategori rentan dalam pelaksanaan ibadah haji.

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi telah menyiapkan 183 petugas khusus untuk memastikan kelancaran ibadah bagi jamaah lansia dan disabilitas. Kepala Bidang Layanan Lansia, Disabilitas, dan Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (PKP2JH) PPIH Arab Saudi, Suviyanto, mengatakan ratusan petugas ini akan tersebar di tiga daerah kerja utama.

“Sebanyak 183 petugas ini disebar pada tiga daerah kerja, yaitu Makkah di sekitar Masjidil Haram, Madinah di sekitar Masjid Nabawi, dan Daker Bandara,” ujarnya.

Meskipun rasio petugas dan jamaah masih belum ideal, yakni 1 petugas melayani 259 jamaah lansia atau disabilitas, Suviyanto menegaskan bahwa pihaknya terus berupaya maksimal dalam memberikan pendampingan.

“Kami menyadari rasio ini belum seimbang. Namun demikian, kami tetap memaksimalkan tenaga yang ada agar para jamaah lansia tetap mendapatkan layanan yang layak dan manusiawi,” tambahnya.

Upaya ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk dari Komisi Nasional Disabilitas (KND). Wakil Ketua KND, Deka Kurniawan, menyampaikan penghargaan atas respons cepat dan kepekaan petugas di lapangan, khususnya di Daerah Kerja (Daker) Madinah.

“Ini bukan sekadar kebijakan administratif, tapi wujud nyata dari kepedulian dan rasa kemanusiaan yang tinggi,” kata Deka.

Ia menyoroti tindakan-tindakan sederhana namun penuh makna yang dilakukan petugas, seperti menenangkan, memberi makan, hingga memijit jamaah yang stres atau mengalami kepanikan.

“Ini bentuk perhatian personal yang sangat berarti. Inisiatif seperti ini adalah kemajuan besar yang harus kita apresiasi,” ujarnya.

Ketua PPIH Arab Saudi, Muchlis M. Hanafi, menambahkan bahwa kehadiran jamaah lansia dan disabilitas sejatinya adalah sumber keberkahan dalam ibadah haji.

“Pelayanan terbaik bagi jemaah haji lansia dan penyandang disabilitas merupakan sumber keberkahan. Mereka adalah duafa yang memerlukan dukungan dari sekitarnya,” kata Muchlis.

Menurutnya, kelompok rentan seperti lansia dan disabilitas tidak hanya membutuhkan pelayanan logistik, tapi juga empati dan pendampingan yang manusiawi.

“Karena itu, sangat penting bagi pemerintah untuk memberikan perhatian khusus kepada mereka. Ini adalah bentuk ibadah juga bagi kita yang melayani,” tegasnya.

Langkah konkret pemerintah ini sejalan dengan semangat Haji Ramah Lansia yang diusung tahun ini. Di tengah tantangan suhu tinggi dan mobilitas yang tinggi di Tanah Suci, keberadaan petugas khusus menjadi penopang penting agar jamaah tetap dapat menunaikan rukun Islam kelima dengan aman dan khusyuk.

Dari tahun ke tahun, Indonesia menunjukkan kemajuan dalam aspek pelayanan ibadah haji, khususnya kepada kelompok rentan. Pendekatan yang lebih humanis, responsif, dan inklusif telah menjadi wajah baru dalam tata kelola haji nasional.

Pemerintah melalui Kementerian Agama terus mengembangkan pelatihan bagi petugas haji agar memiliki kepekaan sosial dan keterampilan menghadapi situasi krisis, terutama bagi lansia dan disabilitas. Pelayanan bukan sekadar tugas administratif, tetapi panggilan kemanusiaan yang harus dijalankan dengan sepenuh hati.

Dengan langkah-langkah tersebut, Indonesia tak hanya menunjukkan profesionalisme dalam pengelolaan haji, tetapi juga menjadikan nilai-nilai kemanusiaan sebagai fondasi dalam memberikan pelayanan terbaik bagi setiap warganya di Tanah Suci.

[edRW]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *